Creative Reading? Masihkah Efektif di Zaman Sekarang

Creative Reading? Masihkah Efektif di Zaman Sekarang. Saya melihat sebuah poster seminar parenting yang diadakan oleh TK Cerlang di Pontianak. Temanya sangat menarik perhatian: Creative Reading. Hal pertama yang saya pikirkan adalah: Apakah membaca di zaman sekarang ini, membaca masih efektif sebagai bahan pembelajaran? Saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini, karena itu saya mengikuti seminarnya. Ya, walaupun saya belum menikah dan tidak punya anak, saya pikir, hal-hal seperti ini perlu kita pelajari karena pertama, saya memiliki adik yang masih SMP dan mana tahu saya bisa mengajari mereka menggunakan metode belajar Creative Reading dari TK Cerlang ini. Dan yang kedua, barangkali besok saya menikah dan punya anak. Haha.

Buku Hepi Si Paus Penyanyi yang akan mengantarkan kita ke pengetahuan yang luas (Harga Rp. 89.000)

Cerlang sudah sering mengadakan seminar Parenting dengan berbagai tema yang berbeda. Hal yang mendasari kenapa TK Cerlang gencar mengadakan Seminar Parenting adalah karena menurut TK Cerlang, Guru yang terbaik bagi anak adalah Orang tua. Sekolah hanya mitra yang membimbing pertumbuhan anak dalam hal pengetahuannya. Menarik ya. Saya langsung merasa 'runtuh'. Memang yang kita tahu di banyak pemikiran masyarakat, yang bertanggung jawab untuk pendidikan anak adalah guru. Untuk hal ini saya lebih setuju dengan pendapat dari TK Cerlang.

Guru yang terbaik bagi anak adalah Orang tua. Sekolah hanya mitra yang membimbing pertumbuhan anak dalam hal pengetahuan.

Alasan kedua, TK Cerlang ini juga mengikuti perkembangan zaman yang sedang terjadi di masyarakat. Di mana para orang tua yang memiliki anak usia TK, kebanyakan adalah mereka generasi milenial, lahir di zaman peralihan dari zaman non-internet ke zaman internet, sebagian dari mereka gaptek. Sedangkan anak-anak mereka adalah generasi Alpha yang lahir di zaman internet. Jadi, disadari atau tidak,  ada perbedaan generasi yang jauh. Orang tua tidak lagi bisa mengatakan ke anak-anak mereka kalimat klasik, "Kalau kami dulu begitu/ begini, baik-baik saja kok." atau "Kami dulu tidak seperti kalian teteapi bisa kok!"

Kita tidak bisa menerapkan cara belajar dan mengajar yang sama pada anak-anak seperti kita dulu menerima dari orang tua kita, yang mungkin, metode mengajar mereka pada kita juga sudah salah. (Buktinya kebanyakan dari kita masih sangat miskin, tidak bergairah dalam hidup, tidak merasa punya tujuan dan panggilan, dan tidak lainnya. Iya, kan? Jujur saja. Haha).

Sampai di sini saya mulai tarik napas beberapa kali dengan dalam-dalam. Saya siap menerima lebih banyak tentang Parenting di TK Cerlang ini.

Kak Sri, kepala sekolah Cerlang memakai buku Hepi Si Paus Penyanyi sebagai bahan praktek mengajar Creative Reading ke anak-anak. Buku ini ditulis sendiri oleh Kak Sri dan diilustrasikan oleh Ana Hadrian. Buku ini kabarnya melewati 3 tahun proses pembuatan (lain kali ita cerita ini ya). 

Kak Sri menjelaskan bahwa Creative Reading akan menciptakan anak-anak yang kreatif dan kritis. Dan hal itu bisa terwujud apabila orang tua si anak juga memiliki cara-cara kreatif membacakan buku untuk diri mereka sendiri lalu mewariskannya ke anak-anak mereka. Inti dari seminar ini, Kak Sri menjelaskan cara membaca buku pada para orang tua.

Kak Sri mejelaskan cara membaca buku Hepi Si Paus Penyanyi kepada orang tua

Coba kita intip tips membaca buku Hepi Si Paus Penyanyi dengan metode Creative Reading.

Judul Buku:  Hepi si Paus Penyanyi

Apakah Paus bisa Bernyanyi? 

Paus di lautan yang luas mengeluarkan bunyi yang nyaring untuk berkomunikasi. (Informasi lebih lengkap, googling sendiri yah.)

Sampul Buku Hepi si Paus Penyanyi

Sampul buku ini menampilkan seekor Paus yang memiliki rambut atau jambul. Apakah ini benar? Apakah paus memiliki rambut? Jika kita pelajari, memang paus bukanlah termasuk ke dalam kelompok 'ikan' melainkan digolongkan sebagai 'mamalia'. Ciri mamalia salah satunya adalah memiliki rambut. 

Cerita Hepi si Paus Penyanyi 

Dalam cerita di buku ini, dijelaskan bahwa Hepi membuat keributan karena dia menyanyi dan mengganggu hewan laut lainnya. Hewan yang lain protes, tetapi karena 'disogok' oleh Hepi dengan memberikan alat musiknya, hewan laut lainnya malah ikut-ikutan buat keributan. 

Jika dalam dunia nyata, apakah hal tersebut merupakan perbuatan yang layak dilakukan? Misalnya hari ini kita mendengar isu korupsi berjamaah, mencontek ramai-ramai dan kelakuaan yang tidak benar lainnya untuk dilakukan karena ada semacam sogokan atau kesenangan di dalamnya. 

Hepi dan Sosial Geografis 

Kak Sri menjelaskan pada para peserta seminar, bahwa buku ini juga bisa menjelaskan geografis lautan Indonesia dan dunia. Di laut mana sajakah kita bisa menemukan ikan paus, ada berapa jumlahnya saat ini, ada berapa jenis ikan paus, bagaimana populasinya? Dan mungkin kita bisa membentuk rasa cinta anak pada kehidupan laut. 

Contoh singkatnya adalah ditemukannya hewan-hewan laut yang mati dan sekarat karena menelan plastik-plastik. Buku ini tidak hanya sekedar buku. Tetapi dengan Creative Reading bisa mengantarkan kita ke pelbagai pengetahuan yang mungkin dibahas oleh orang-orang dewasa di forum-forum nasiobal maupun internasional. 

Kunci dari Creative Reading adalah membentuk kemampuan bertanya anak yang harus ditanamkan terlebih dahulu pada orang tua - Kak Sri Cerlang. 

Di sini pertanyaanku terjawab. Creative Reading itu adalah membaca degan fun dan melahirkan pertanyaan banyak dan kritis (bukan asal bunyi). Btw, kalau kalian lagi baca buku Hepi Si Paus Penyanyi dan menemukan pertanyaan anak yang tidak kalian tahu, tidak masalah loh. Kalian bisa googling dulu, atau menanyakan pada ahlinya.

Setiap halaman dari Buku Hepi Si Paus Penyanyi akan mengantarkan kita ke pertanyaan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. 

Kalau kalian penasaran dengan TK Cerlang, bisa langsung kunjungi mereka:

Alamat: Jalan Johar No. 82 Pontianak

Instagram : @Cerlangku

FB: Cerlang Sekolahku

Kontak Pembelian Buku Hepi si Paus Penyanyi : 081345351977