#BukaInspirasi : Tingkatkan Minat Baca dengan Bookmark Hand Made. Tahun 2017 saya memberanikan diri untuk mengikuti ajang pemilihan Duta Baca Kalbar dan memang, saya tidak keluar sebagai pemenang. Saya hanya masuk 10 besar. Tetapi itu bukan alasan untuk saya tidak mengambil bagian dalam upaya meningkatkan minat baca. Saya memikirkan kira-kira apa yang bisa saya perbuat? Di era teknologi yang serab canggih, manusia mulai meninggalkan buku malah sekarang beralih ke berbagai media hiburan yang lebih praktis seperti menonton film maupun youtube, bermain sosial media, dan hal lainnya selain membaca.
Bukan lagi sebuah rahasia bahwa minat baca di Indonesia cukup memprihatinkan. Berdasarkan data, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.
Saya mencoba peruntungan dengan membuat bookmark. Saya pikir membuat bookmark itu mudah. Hanya perlu menggunting kertas 5 cm x 17 cm kemudian membubuhkan beberapa warna atau tulisan. Ternyata pekerjaan sekecil apapun membutuhkan kreatifitas. Untuk menulis, kita setidaknya harus mengerti tektik handlettering. Lalu mewarnai. Semuanya membutuhkan kreatifitas.
Tidak semudah yang saya pikirkan. Pertama sekali, kita harus memperlajari kertas. Ketebalannya, teksturnya, warnanya, dan yang paling penting dalam dunia bisnis adalah harga bahan-bahan materialnya. Termasuk jenis pensil dan pewarna yang ditawarkan sangat banyak dengan harga yang beragam.
Kita juga meski mempelajari, apakah pada saat dituliskan, tinta yang kita gunakan akan melebar dan mudah luntur. Ukuran mata pensil juga menjadi pertimbangan. Tidak sampai di situ, kita harus melakukan trial and error atau coba-coba yang menghabiskan tenanga dan waktu ketika menggambar. Apalagi bagi saya yang tidak punya skill menggambar yang baik. Saya harus bolak balik ke youtube, bertanya pada teman yang menggeluti handlettering. Jika saya meminta dia untunk menulis dengan teknik handlettering, maka saya harus membayarnya. Tentu modal saya tidak sebanyak itu.
Berbagai masalah muncul, seperti, ternyata kamar kos saya terlalu kecil untuk digunakan sebagai tempat untuk produksi bookmark. Semuanya bertebaran di lantai dan karena saya tidak memiliki meja, saya cukup menderita sakit pinggang. Sangat bersyukur jika saya bisa menghasilkan 10 gambar yang berbeda setiap harinya.
Saya mencoba menjual bookmark ini dengan membuka lapak di ke kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan literasi. Cukup menjanjikan. Apalagi kalau saya membuat bookmark yang bisa diwarnai. Ibu-ibu membelinya untuk anak mereka.
Tetapi juga tidak jarang anak-anak muda menanyakan pada saya, “Ini apa?”
Baca juga: Asuransi Kendaraan MSIG, Berkendara Tanpa Cemas
Mereka tidak mengenal bookmark. Saya harus jelaskan kalau ini pembatas buku. Tidak baik melipat halaman buku ketika kita belum menyelesaikannya. Lebih baik kita gunakan pembatas buku untuk menandai ‘sudah sampai di halaman berapa kita selesai membaca buku itu’. Mendengar penjelasan saya yang panjang, mereka tersenyum dan dengan mengerutkan dahi menjawab, “Oh begitu. Tapi kami tidak punya buku.”
Kami tidak punya buku. Itu kalimat yang saya dengar dari teman-teman saya. Mereka bukannya tidak punya uang untuk membeli bookmark ini. Walaupun saya mengatakan kalau penjualan bookmark ini adalah untuk membiayai Mini Lessons Indonesia (sebuah komunitas yang mengajar ke panti asuhan). Mereka bukannya tidak punya uang untuk membantu komunitas ini dengan menyisihakn Rp2.000- 5000 uang mereka. Hanya saja, mereka tidak punya buku di rumah. Untuk apa membeli bookmark kalau tidak punya buku?
Saya tentu memasang muka keheranan sekaligus berkata, “Masa tidak punya buku? Kalau mau baca silahkan datang ke kos-ku.”
Aku punya buku dan punya instagram khusus (@ningspara) untuk mereview buku-buku yang saya baca. Dan tidak jarang teman-teman meninggalkan komentar atau direct messange menyatakan ingin meminjam buku yang saya baca. Bagi saya, penjualan bookmark dan saya sebagai teladan yang memang serius untuk mengajak mereka membaca adalah penting.
Baca Juga: Cari Tahu Info Bimtek Pusdiklat Pemendagri Terbaru
Promosi Bookmark ini berlanjut. Seorang teman yang juga anggota Mini Lessons Indonesia membantu penjualan bookmark dengan menawarkan ke pada murid-murid tempat dia mengajar bimbingan belajar. Tanggapan mereka baik. Tetapi saya agak kerepotan karena mereka memesan sendiri karakter dan tulisan apa yang harus dituliskan di sana. Kebanyakan meminta tulisan nama geng mereka di sekolah, nama personil boy band Korea favorit mereka.
Bookmark bentuk kucing |
Mereka mengaku punya sejumlah buku karena orang tua mereka ingin mereka banyak membaca. Ada juga yang awalnya tidak ingin beli (karena tidak punya buku juga) tetapi karena melihat teman-temannya beli, akhirnya mereka membeli. Dan bookmark ini menjadi awal diskusi mereka tentang buku-buku apa yang dimiliki masing-masing di rumah. Padahal sebelumnya, percakapan tentang buku tidak pernah terdengar.
Kemudian tidak lama, seorang teman menanyakan tentang bookmark pada saya. Dia bukan ingin membeli, tetapi ingin memproduksi sendiri. Rencananya komunitas K-Pop di Pontianak ingin merayakan ulang tahun Park Jae Hyung. Dan teman saya berniat untuk membuat tiket acara menjadi bentuk bookmark, supaya kertasnya tidak dibuang begitu saja dengan percuma. Juga, dia mengatakan, bahwa member EXO suka membaca. Upaya ini juga mengingatkan komunitas mereka untuk menyukai buku, sama seperti indola mereka yang tidak bisa lepas dari buku.
Saya memang tidak mendapatkan keuntungan secara materi. Dia tidak membeli bookmark dari saya. Tetapi dia tahu saya pembuat bookmark. Dan dia terinspirasi dari saya. Saya berhasil mengkampanyekan cinta buku melalui bookmark. Bookmark #BukaInspirasi bagi banyak orang.
Masih ada lagi cerita-cerita yang berkaitan dengan Bookmark ini, yang mungkin tidak selesai ditulis dalam satu postingan blog.
Karena bookmark ini, mungkin beberapa orang akan tersinggung karena ketahuan tidak punya buku. Kemudian, timbul di dalam hatinya untuk memiliki buku. Karena bookmark ini, diskusi tentang buku juga telah terjadi. Langkah sederhana memang.
Jualan, mendapat uang sambil kampanye baca adalah hal yang mengasikkan. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlewati. Sekarang menjual Bookmark bukan lagi hal yang terlalu sulit dilakukan. Selain offline, saya juga menjual bookmark secara online di instagram dan e-commerce Buka Lapak. Buka lapak, #BukaInspirasi untuk banyak orang.
Bookmark Print bertuliskan : Be wild and free with books, You can fins magic wherever you look. Sit back and relax, all you need is a book (Dr. Seuss) dan I am not bookaholic, i am booklover.
Bookmark berbentuk kucing dari stick es dan kain flanel |
Bookmark memanjang bentuk bee dan tempat madunya |
Gambar Bookmark di atas hanyalah sebagian dari jenis bookmark yang telah saya buat dan sebagian besar sudah laku dijual (habis). Beberapa bookmark tidak sempat saya dokumentasikan. Hasil dari penjualan Bookmark (pembatas buku) ini dipergunakan untuk operasional Mini Lessons Indonesia, sebuah komunitas yang memberikan bimbingan belajar ke Panti Asuhan di Pontianak. Sudah berdiri sejak tanggal 24 April 2017 di Pontianak. Berkarya terus, asah kreatifitas untuk diri sendiri, dan orang-orang di sekitar yang membutuhkan kita.
Waow kreatif, saya juga salah satu seller bukalapak, dan rekomended banget bukalapak, jaulanya mudah banget, apalagi dengan fitur pushnya, bikin jualan kita jadi laris
ReplyDeleteIya, Bang. Adanya e-commerce ini memang membantu sekali untuk menjangkau bisnis yang lebih luas. Salut lah.
DeleteJangan berhenti berkarya, mencoba hal-hal baru. #BukaInspirasi terus untuk banyak orang.
ReplyDeleteSelalu #BukaInspirasi. Satu dua orang tersentuh tidak mengapa. Asalkan terus berkarya.
DeleteWaaaah tulisan km benar2 menyatu dg rangakaian makna dibaliknya. Aku salah satu pembaca setia mu mbak.
ReplyDeleteSalam blogger
Sama-sama, Mas.
DeleteSaya juga pembaca setia blog saya.
Eh, maksudnya, pembaca setia blog Mas.
Salam blogger.
salam #BukaInspirasi
DeleteSay juga selalu pakai bookmark. Ngk tega lipat buku. Tapi saya kejam kalau masalah nyoret. Apalagi buku yang bahasanya susah, pasti di coretin di sampingnya. Hehe.
ReplyDeleteSalam #BukaInspirasi dan terus berkarya mumpung masih mudah. #Membaca terus agar pikiran merdeka dengan pengetahuan.
Saya sering nyoret buku yang Bahasa Inggris. Karena belum lancar bahasa Inggris. Dan juga selalu pakai #Bookmark.
DeleteSalam #BukaInspirasi juga.
Berkarya dan berprestasi.