Dari kiri ke kanan: Dr Syarifah Ema Rahmaniah (Mafindo), Anton Muhajir (Safenet), Jane A.T (YLBHI), Arif (Telkomsel) hadir di Prov. Kalbar dalam rangka Digital Security & Coaching clinic : Melindungi Diiri di Dunia Digital.
Perkuat literasi, minimalisir hoax. Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang sangat tertinggal di
bidang literasi, termasuk kota Pontianak sendiri sebagai ibu kota. Karena itu, disinyalir menjadi provinsi rawan konflik terutama pada pemilihan kepala daerah mendatang. Tetapi bukan hanya Kalimantan Barat. Indonesia dengan beragam kebudayaan suku dan agama memang rawan konflik karena keberagaman. Tetapi apa sebenarnya yang menjadi pemicu timbulnya benci dan saling curiga antar masyarakat majemuk ini? Jawabannya adalah kabar bohong atau dengan nama beken hoax. Lalu kenapa masyarakat Indonesia mudah sekali digiring ke berita-berita bohong? Alasan utamanya adalah kemampuan literasi yang rendah.
Hoax : Trick played on somebody for a joke
Belum bisa memahami pentingnya data dan meta data
Dalam sebuah berita, artikel, opini, esai, atau apapun bentuknya, judul adalah sebuah data. Sedangkan isinya adalah sebuah meta data yang bersifat menginformasikan secara terstruktur sebuah informasi, berita atau pemikiran seseorang. Belum semua masyarakat Indonesia peduli dengan meta data ini. Kebanyakan dari kita hanya melakukan skimming dan scanning. Lebih parahnya, kita bisa menyimpulkan suatu pemikiran hanya dengan membaca judul tanpa membaca sedikitpun isi dari sebuah tulisan.
Tentu hal ini menyesatkan. Apalagi untuk sebuah informasi bohong atau hoax yang dapat meyebabkan konflik, yang didesain khusus oleh mereka yang memiliki kepentingan tertentu. Dengan melakukan ini, kita kehilangan kemampuan berpikir kritis dan tidak terbiasa menganalisa sebuah tulisan. Kemalasan masyarakat dalam membaca akan melahirkan masyarakat rawan konflik karena tidak adanya kemampuan analitis dan berpikir kritis.
Di sini kita harus menuntut diri untuk membaca terlebih dahulu, informasi yang memiliki judul-judul kontroversial sebelum mengambil tindakan lebih jauh seperti menyebarkannya di sosial media atau mengambil kesimpulan pada informasi tersebut.
Budaya Privasi Rendah
Di kantong Anda, terdapat sebuah mata-mata bernama smartphone. Benda ini tidak akan pernah bosan untuk mempengaruhi Anda membeberkan semua data pribadi Anda. Mulai dari tahun kelahiran, tempat tinggal, hobbi, agama, hingga partai yang didukung dan ideologi. Semua informasi ini disimpan dan suatu saat dimanfaatkan oleh statistik mesin komputer untuk mempengaruhi atau menyerang Anda. Semua informasi terkait Anda akan muncul di beranda sosial media Anda. Anda akan tertarik untuk membukanya. Boom! Jika Anda tidak punya penangkal, Anda akan terseret ke pemikiran-pemikiran yang salah, bahkan bisa menjdai salah satu penyebab konflik yang seharusnya tidak terjadi. Indonesia sendiri memiliki UU tentang Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam UU No.39 tahun 1999. Silahkan kepo. Kurangi, kendalikan, lindungi hak privasi Anda. Beritahu apa yang perlu Anda beritahu. Sembunyikan apa yang tidak perlu diketahui manusia dan mesin.
Jadilah Inklusif dan Menjadi Duta Anti Hoax
Jangan bergaul dengan hanya satu jenis manusia. Jadilah terbuka dan berteman dengan banyak orang. Jangan juga membenci mereka yang suka menyebarkan kabar bohong. Dan yang terpenting, Anda sendiri harus menjadi duta anti hoax untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda dan followers Anda di berbagai sosial media. Dalam beberapa kesempatan, ajak mereka untuk membuktikan kebenaran suatu informasi ke beberapa anti hoax berikut ini:
1. Aplikasi Android : HBT- Hoax Buster Tools (download dari play store)
2. Tanya kebenaran berita di halaman facebook Mafindo Indonesia
3. Minta pertolongan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
Berbagai pihak di Indonesia berupaya mengkampanyekan Indonesia anti hoax. Karena itu, Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, bekerja sama dengan SAFEnet, ICT watch, dan Siber Kreasi memanggil beberapa pemateri 9gambar di atas) ke Kalbar untuk mengadakan kegiatan ini.
No comments:
Post a Comment