Resensi Cerita Pendek: Rectoverso oleh Dee Lestari. Ada seseorang yang
menunggu kekasihnya terbagun dari tidur (koma) pada hari ulang tahunnya. Si
kekasih yang terbaring itu berharap waktu berhenti agar dia bisa mengucapkan selamat
ulang tahun pada kekasihnya, yang setia terjaga menanti dia bangun (sembuh). Ada seorang ibu yang begitu berjuang mencintai anak laki-lakinya yang mengidap penyakit autis. Si anak sudah dewasa, dia mencintai seseorang perempuan yang adalah kekasih adiknya sendiri. Alangkah menderitanya di posisi seorang ibu. Bukankah dia harus adil, membela si abang, anaknya yang autis dan membela si adik, anaknya yang normal.
Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa. Karena kini kumiliki segalanya- Rectoverso.
Ada seorang pelukis
yang jatuh hati pada kekasih sahabatnya. Si pelukis mempersembahkan lukisan cecak
fluoresence pada si perempuan. “Kutitipkan mereka untuk menjaga kamu...
mengagumi kamu,” kata si pelukis. Cukup sekianlah cintanya. Perempuan itu akan
menikah dengan sahabatnya. Dia bisa apa? Terlambatkan mereka bertemu? Tetapi si
pelukis tidak menyalahkan waktu. Dia mengalah dan akan menyimpan cinta itu
dalam diam, secara diam-diam. Cukuplah si prempuan tahu kalau dia menyukainya.
Itu beberapa contoh
kejadian yang dialami para tokoh. Semuanya menceritakan tentang cinta yang
menerima, yang tidak ngomel, yang membuktikan dengan perbuatan. Cinta yang
dalam dan mengalah. Begitu para tokoh digambarkan Dee.
Dewi Lestari ‘Dee’
memang romantis. Bercerai dengan Marcel Siahaan dan menikah dengan sahabatnya
sendiri, Reza Gunawan. Barangkali beberapa cerita ini ditulis sambil mengenang
kisah pribadi dia? Hingga muncullah kata yang puitis di setiap kalimatnya. Di
sosial media pribadi Dee dan Reza, mereka pun memang tampak sebagai pasangan
yang sangat sederhana, dewasa, namun mendalam dan romantis. Dengan Marcel
sendiri, Dee tidak musuhan.
Membaca Rectoverso,
ketika kau sedang jatuh hati atau patah hati, kau akan masuk sedalam mungkin ke
cerita-cerita pendek Dee. Patah hati bukan hanya tentang romantic love (antar pasangan),
bisa juga terjadi ketika kita sedang marah pada kakak yang sangat kita
kasihi. Orangtua kita, sahabat kita sendiri yang sekarang malah lebih akrab
dengan orang lain, atau siapa saja.
Cerpen Dee tidak
mengajarkan kita untuk menuntut. Kalau memang persoalnnya sudah begitu (jatuh
pada suatu titik), kita diminta untuk mempelajari situasi. Adalah hal yang
wajar kalau suatu ketika kita menyukai kekasih adik, kekasih sahabat, atau
sahabat. Atau kita berada di antara hubungan asmara dua orang dan kita diminta
untuk membela salah satu pihak (seperti ibu di antara anak autis dan anak
normalnya).
Apakah kita harus
mengejar cinta kita dengan mengikuti pepatah, ‘sebelum janur kuning
melengkung’? Rectoverso Dee tidak mengajarkan demikian. Dalam ketidak berdayaan
kita, Rectoverso hadir memberika pemahaman sekaligus penghiburan.
Kita diminta untuk
tidak menyalahkan diri kita karena cinta kita salah tempat dan sasaran. Tetapi
cerpen ini meminta kita untuk belajar menerima dan belajar menyikapi semua
persoalan hati secara dewasa bukan bertindak bodoh (contohnya bunuh diri).
Sebelas cerita pendek
ini pun disertai ilustrasi berwarna menarik seperti street dan light photography, dan berbagai ilustrasi lainnya yang
membantu kita masuk ke dalam cerita. Semua cerita diawali dengan lirik lagu
atau puisi Dee yang berhubungan dengan cerita. Yang pernah saya dengar lagunya,
di antaranya: Firasat, Selamat Ulang
Tahun dan Malaikat Juga Tahu yang
tidak asing di telinga kita. Seandainya buku ini dilengkapi dengan CD dari
lagu-lagu Dee, seperti halnya “Republik #Jancukers” karya Sujiwo Tejo,
barangkali buku ini akan lebit top markotop.
Bagi kita yang sedang
patah hati. Kisah-kisah di dalam cerita pendek Dee bisa menjadi nasehat untuk
kita melepaskan, merelakan. Inilah yang membuat saya sampai sekarang masih
tetap memandang cerpen dan novel sebagai buku nasehat. Dia tidak menunjuk kita
dan langsung mengatai kesalahan kita. Dia menceritakan dirinya, kisahnya
sendiri kemudian kita disuruh melihat ke dalam diri kita.
Identitas Buku
Judul : Rectoverso
Penulis : Dewi Lestari ‘Dee’
Penerbit : Bentang Pustaka
Ketebalan : 170 halaman
ISBN : 978-602-7888-03-6
No comments:
Post a Comment