Resensi buku: Indonesia Zamrud Toleransi. Sebelum membahas isi
buku ini, saya ingin menyebutkan bahwa buku ini saya peroleh secara cuma-cuma
ketika mengikuti kegiatan Peta Kaum Muda Indonesia (PKMI) pada awal September
lalu di Aula Bank Indonesia, Pontianak. PKMI diadakan oleh Tempo Institute
bekerja sama dengan Friederick Ebert Stiftung (FES). Dalam
buku ini, pertama sekali membahas kenapa perlu membahas toleransi. Salah satu
alasannya adalah: Toleransi memasuki ranah ilmu pengetahuan dan upaya-upaya
dunia untuk membangun kerja sama. Jika tidak toleran, maka kita sulit bergaul
dengan orang lain. Jika sulit bergaul, maka kita akan menjadi manusia eksklusif
yang susah maju.
Resensi buku Indonesia Zamrud Toleransi |
Toleransi adalah sifat
alami masyarakat nusantara. Dari dimulainya peradaban Hindu hingga munculnya
peradaban Barat di Indonesia, disebutkan bahwa Indonesia mampu menerima
kedatangan peradaban baru tanpa menghapus yang lama.
Kearifan lokal seperti
tradisi Okomoma di Kabupaten Soe, NTT dilakukan untuk memperdamaikan
pihak-pihak yang saling bertikai. Masih banyak lagi contoh serupa yang
dipaparkan di buku ini.
Kemudian, budaya gotong
royong yang dimiliki hampir dimiliki setiap suku di Indonesia juga dituliskan.
Sebagai bukti bahwa kita adalah manusia yang mengakui keberadaan orang lain,
maka kita bergotong royong. Karena, sejatinya kerja sama adalah untuk
kepentingan bersama.
Hal-hal tersebut sudah
ada dalam Nusantara sebelum ada negara Indonesia. Kemudian, pada tahun–tahun
awal kemerdekaan, muncullah Pancasila yang menjadi ideologi bangsa. Pancasila
hadir untuk merangkul Sabang hingga Merauke. Tidak untuk meniadakan zamrud yang
lama. Tetapi menciptakan zamrud yang baru. Kelima butir pancasila dijelaskan
dalam buku ini dengan bahasa yang mudah dipahami, bahasa anak muda. Karena
memang buku ini ditujukan untuk anak muda dalam kegiatan PKMI yang saya
sebutkan di atas.
Buku ini memiliki isi
yang sangat seimbang. Sesekali dia memuji, di lain kali dia mengungkapkan fakta
yang buruk tentang objek yang dipuji. Mengungkapkan fakta tentu saja bukan
menjelek-jelekkan dan tidak menjatuhkan. Walaupun fakta itu begitu buruk adanya.
Konflik-konflik yang
pernah terjadi di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, baik itu konflik antar
etnis, suku, agama, geografi dipaparkan. Sebab-sebab terjadinya konflik dan
lebih spesial, cara-cara tokoh dan masyarakat setempat menangani konflik
sangatlah mengharukan dan layak ditiru.
Konflik di Maluku, Poso, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, bom di Bali, toleransi
beragama di Yogyakarta, hingga keragaman di Papua Barat yang menginginkan
perpisahan dari Indonesia. Lalu ditutup dengan upaya-upaya bapak pluralisme
Indonesia, Gus Dur dalam membela kaum minoritas. Salah satunya mengakui hari
libur Imlek.
Buku
ini amat baik tetapi sayangnya tidak bisa didapatkan secara bebas karena tidak
untuk diperjualbelikan. Saya dan seratus lebih anak muda Kalimantan Barat yang
terpilih mengikuti PKMI termasuk beruntung. Tentu saja buku ini sudah saya
promosikan di sosial media. Bagi mereka yang ingin membaca buku ini, boleh
meminjamnya pada saya. Buku ini layak menjadi sekuel. Saya berharap “Indonesia
Zamrud Toleransi II” bisa ditulis nanti. Karena saya yakin, masih banyak
contoh-contoh toleransi keberagaman, kegiatan gotong royong, dan kearifan lokal
lain yang layak dibagi dan diperkenalkan ke masyarakat luas. Itulah pentingnya
tulisan dalam sebuah buku. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebuah judul adalah
janji penulis pada pembaca. Maka, judul buku “Indonesia Zamrud Toleransi” ini
sudah melakukan tugasnya, mewakili isi keseluruhan buku.
Identitas Buku
Judul
|
: Indonesia Zamrud Toleransi
|
Penulis
|
: Henry T. Simarmata, Sunaryo, Arif Susanto, Fachrurozi dan Chandra S. nPurnama.
|
Penerbit
|
:Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia) bekerjasama dengan Friederich-Ebert-Stiftung (FES) Kantor Perwakilan Indonesia.
|
Ketebalan
|
: x+126 halaman; 17x25 cm.
|
ISBN
|
: 978-602-72656-1-5
|
Cetakan
|
: Kedua, Agustus 2017
Segregasi menyebabkan sikap saling curiga sehingga masing-masing etnis saling menjaga jarak dengan yang lainnya –Indonesia Zamrud Toleransi. |
No comments:
Post a Comment