Ilmu Membuat Merek Buku Untuk Meminimalisir Kehilangan Versi Anak Kos. A room without books is like a body without a soul – Marcus T. Cicero. Pasti kita semua memiliki koleksi buku, banyak atau tidaknya. Baik itu buku fiksi atau buku non-fiksi. Buku tebal atau tipis-tipis, setipis bibirnya Adam Levin. Dan dari tahun ke tahun, buku-buku koleksi kita bukannya makin banyak, malah makin berkurang. Ada yang tercecer dimana-mana, dan ada yang dipinjam lengket. Sudah tiga tahun belum kembali. Parahnya, kita lupa siapa yang meminjam.
Untuk masalah kececer, aku sarankan agar berhati-hati saja. Buku kan mahal. Apalagi buku langka. Terlebih lagi, itu buku yang penulisnya ngambek tidak akan menerbitkan buku lagi karena masalah pajak. Xixi.
Kalau masalah kedua, yaitu ada yang meminjam, barangkali aku bisa memberi sedikit saran.
Buku judul A: Dipinjam Nur
- Membuat daftar semua buku koleksi pribadi (gambar di atas).
Setelah itu, di kolom keterangan (ini bisa
menyesuaikan), catatlah nama teman yang meminjam. Kalau sudah dikembalikan, hapus. Manusia kan sering lupa
akibat terlalu sedikit mengisi teka-teki silang (TTS) dan kurang makan pisang. Apalagi
kalau yang meminjam lebih dari satu orang. Atau satu orang meminjam lebih dari
satu buku. Contoh kasus: Buku berjudul ‘Kudis’ sudah pernah dipinjam si Budi
lalu, rasanya kembali dipinjam si Kudi, dan si Kudi mengatakan dia tidak
meminjam buku ‘Kudis’. Tetapi meminjam buku ‘Kuda’).
- Menomori Buku
Aku pribadi menomori buku sesuai waktu
datangnya buku itu. Kalau buku ‘Supernova’ lebih dulu kupunyai, maka buku itu
bernomor 1. Kemudian nomor 2 bisa jatuh ke ‘Orang-orang Malang’ karya Fyodor
Dostoevsky, dan seterusnya.
Lakukan pengecekan buku. Kalau tiba-tiba
nomor 3 tidak berada di tempat, kamu bisa melacaknya. Apakah dipinjam atau
ketinggalan di suatu tempat. Seperti aku yang pernah ketinggalan buku di Villa
Bandungan, Jawa Tengah. Buku Paulo Coelho, ‘The Fifth Mountain’. Buku bagus
begini bikin hati tersayat-sayat kalau dia hilang. Apalagi buku itu hilang
sebelum selesai dibaca. (Beli baru lagi, uangnya pinjan di ATM. Kalau tak
dikasi, nangis aja lima hari).
- Memberi merek/ Cap Buku
Lumbantoruan is my family name (marga). Kalau ketemu buku begini di jalan, berarti punyaku.
Cara ketiga ini adalah yang terpenting.
Ilmu ini kudapatkan dari Ibunda tercintaku: S. Sitompul. Ajaran orang-orang
kreatif (kere dan aktif). Yaitu nama kita di pinggir buku. Bisa di samping bawah, atas atau kanan. Tulis dengan spidol. Tulisannya harus
jelas dan besar seperti gambar di bawah ini. Kenapa menulis di samping?
Menurut ibuku, ini alasannya:
1.
Kalau ditulis di salah satu halaman buku, maka
si pencuri bisa merobek halaman itu dan mengklaim itu sebagai bukunya. Kalau di
samping begini, walaupun di tip-ex, pasti ketahuan bekasnya.
2.
Kalau ditempel-tempel, seperti perpustakaan
punya, tempelan itupun bisa dicabut. Kalau tinta begini, mau dicabut apanya?
3.
Kalau mereknya besar begitu, si peminjam akan
cepat sadar kalau buku itu bukan miliknya. Lalu dengan segera dia membaca dan
mengembalikan padamu.
4.
Murah. Enggak perlu pergi ke percetakan stempel
seperti yang dilakukan banyak orang-orang keren dengan tulisan: ‘Buku ini milik
Susi’ atau ‘Perpustakaan pribadi Susi’, dll.
Tetapi kalau mau pakai dua-duanya juga bisa. Agar bukunya terlihat keren
dan kreatif.
Pergi ke tukang stempel dan bikin seperti gambar ini. |
Selamat mencoba Ilmu Membuat Merek Buku Untuk Meminimalisir Kehilangan Versi AnakKos.Belilah buku banyak-banyak. Kalau sudah kebanyakan, bagi-bagi ya!Bacalah buku banyak-banyak. Kalau kebanyakan, jangan gila ya!Pinjamlah buku banyak-banyak. Jangan lupa dikembalikan ya!
No comments:
Post a Comment